KHAWATIR

Kita sering mendengar atau membaca, "Jangan khawatir !" atau "Jangan takut !" atau "Don't worry !" Namun Allah Yang Maha Kuasa memberikan sifat khawatir dan takut ke dalam hati setiap manusia ciptaan-Nya.

Ketika saya bersekolah, saya khawatir kalau2 datang terlambat, saya khawatir kalau2 tidak dapat nilai bagus, saya khawatir kalau2 tidak naik kelas.

Dari rasa khawatir itu saya berlatih disiplin bangun pagi, saya rajin belajar, sehingga saya sering dapat ranking 1 dan (tentu saja) selalu naik kelas. Ketika kuiah di Bogor --lagi-lagi-- saya khawatir.

Saya khawatir bagaimana kalau saya gagal kuliah, saya kuatir kalau2 tidak dapat meraih cita-cita menjadi sarjana pertanian. Akibat rasa khawatir itu, saya belajar siang-malam, bahkan di atas bemo pun saya sering baca diktat. Kalau ke Jakarta naik bus atau KRL Jabotabek pun tak segan-segan saya baca catatan di tengah ramainya penumpang.

Dan --lagi-lagi-- tindak lanjut rasa khawatir itu mengantarkan saya ke prosesi wisuda di tahun 1989. Ketika pertama training asisten lapangan di PT Indosawit Subur, Kebun Buatan, Pangkalan Kerinci, tahun 1990, saya khawatir kalau2 ndak lulus training. Saya malu kalau harus kembali lagi ke Bogor sebagai pengangguran, atau luntang-lantung di kampung halaman menghabiskan bareh amak. Saya ikuti benar2 kegiatan training itu. Siang di lapangan. Malam saya belajar komputer di kantor. Laporan harian selalu saya serahkan pada kesempatan pertama setiap pagi kepada pak manager.

Alhamdulillah, dari rencana masa training 6 bulan, pada bukan ke-5 saya sudah diberi kepercayaan sebagai asisten di pembibitan dan saya lebih dahulu dapat sepeda motor dinas, dibanding 3 orang teman sesama trainee lainnya. Bekerja di perusahaan swasta, saya khawatir bagaimana seandainya perusahaan bangkrut, saya khawatir bagaimana seandainya perusahaan mem-PHK saya. Untuk itu saya senantiasa bekerja keras dan mengutamakan kejujuran. Saya kuatir masuk penjara kalau saya korupsi atau manipulasi uang perusahaan.

Lima tahun menjadi asisten, ada kawan yang menawarkan peluang naik jabatan menjadi asisten kepala (askep) di perusahaan lain. Dengan bekal pengalaman 5 th kerja sebagai asisten --setelah melalui proses interviu-- saya diterima menjadi askep. Dari Askep, beberapa tahun kemudian menjadi estate manager dan sejak 7 tahun terakhir saya dpiercaya menjadi senior estate manager yang membawahi 4 orang estate manager di perkebunan kelapa sawit seluas hampir 13 ribu hektar.

Hingga saat ini saya pun selalu diliputi rasa khawatr. Khawatir kalau2 tidak dapat memegang amanah, khawatir kalau2 tidak dapat mencapai target yang diberikan top management, dan khawaiiir kalau2 tidak dapat memenuhi hak2 karyawan. Alhamdulillah dengan menerapkan motto hidup "jujur, sopan dan terampil" saya dapat beberapa penghargaan dari perusahaan. Diberi kesempatan mengikuti pertemuan di Macau, di Hang Zhou, mampir di Kuala Lumpur.

Di dalam negeri saya pernah dikirim ke Bandung, Yogya dan Palembang. Itulah semua "buah dari kekhawatiran". Jadi, kesimpulannya, kekhawatiran itu kalau kita kelola dengan baik, maka ia akan berubah menjadi suatu dorongan yang luar biasa bagi kita untuk bertindak dan bertindak lebih baik lagi, sehingga apa yang dihawatiran itu tidak terjadi.

Yang penting HINDARI KEKHAWATIRAN YANG BERLEBIHAN, dan selalu berdo'a kepada Allah SWT, serta mohon do'a restu ibunda tercinta [ayahanda saya sudah wafat ketika saya berumur 4 tahun].

Comments

Popular posts from this blog

Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia

Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta