Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia


 Ketika Sang Maha Pencipta 'meniupkan' roh-Nya pada cikal-bakal manusia dalam rahim ibundanya, maka ketika itulah Dia 'meng-install-kan' sifat-sifat-Nya kepada manusia.
Sifat-sifat itu mulai dari sifat pengasih, penyayang, penguasa, suci, damai, aman, memelihara, berkuasa, perkasa, gagah, adil, pemaaf....sampai dengan penyabar, dibekalkan-Nya kepada semua manusia ciptaan-Nya.

Dalam perkembangannya, setelah manusia lahir sebagai bayi --yang pada awalnya tidak tahu apa-apa-- lambat-laun mulai bisa menggunakan akal-fikirannya. Dengan akal-fikiran itulah manusia mempelajari tanda-tanda/ayat-ayat kekuasaan-Nya, baik yang ada pada diri manusia itu sendiri, atau yang dia pelajari di alam semesta (langit, bumi serta isinya). Apa yang disebut sebagai ilmu-pengetahuan, sains-teknologi, sebenarnya adalah temuan manusia atas tanda-tanda kekuasaan-Nya itu. Hukum Einsten, adalah tanda/bukti/ayat kekuasaan-Nya yang ditemukan oleh Mr. Einsten. Hukum Archimedes, adalah tanda/bukti/ayat kekuasaan-Nya yang ditemukan pertama kali oleh Mr. Archimedes. Begitu juga dengan hukum Newton, hukum Pascal, dll.

Kenapa manusia dapat menemukan 'hukum-hukum' itu ? Tak lain dan tak bukan adalah karena mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menggali dan menggali 'rahasia alam' ini. Dan Dia-pun menegaskan dalam wahyu-Nya bahwa bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil !

Agar perbuatan manusia itu selalu aman dan selamat sentosa, maka Dia menurunkan wahyu-Nya lewat Rasul-Nya, sebagai pedoman hidup manusia dalam bergaul dengan sesama makhluk-Nya, serta untuk 'berhubungan' dengan-Nya.

Nah, terkadang manusia keliru dalam 'meng-upload' sifat-sifat-Nya. Bahwa ada manusia yang ingin berkuasa; itu sesuai dengan sifat-Nya "Yang Maha Kuasa"; namun manusia yang jadi penguasa harus juga 'meng-upload' sifat adil yang juga sifat Dia Yang Maha Adil. Seorang penguasa juga harus punya sifat sabar dan jujur. Penguasa yang tidak adil dan tidak sabar, serta tidak jujur pada akhirnya akan jatuh secara mengenaskan ! Kenapa ? Karena dia hanya menenkan satu aspek saja dari sifat Sang Pencipta, yaitu Maha Kuasa, sedangkan sifat lain diabaikannya.

Terkadang ada juga manusia yang "salah pakai" sifat. Misalnya dia diajak teman untuk beribadah, lalu dia bilang, "Malu ah, aku udah banyak dosa" . Nah, ini suatu contoh penempatan 'malu' yang nggak tepat. Kenapa ? Sifat malu seharusnya diguakan untuk mencegah perbuatan buruk. Misalnya diajak teman untuk mencuri uang negara (korupsi), maka tanggapannya, "Malu ah; aku sudah dianugerahi begitu banyak nikmat, masa aku mau korupsi !"

Jadi, semua sifat-sifat [asmaa ul husna] yang 99 itu apabila kita pedomani secara proporsional dalam kaitannya dengan profesi kita di dunia ini, maka akan selamat, aman dan damailah perjalanan hidup ini.

Ada yang bertanya : "Itukah yang dimaksud 'hati nurani' ?"

Ya ! Itulah hati nurani. Suara hati nurani tidak pernah dan tidak bisa membohongi kita. Apa yang kita inginkan di belahan bumi Nusantara ini; tak jauh berbeda dengan yang diinginkan saudara-saudara kita yang di belahan Eropah dan Amerika sana. Kita ingin cinta dan dicinta ? Mereka juga begitu. Kita ingin hidup aman, penuh senyum dan sapa ramah-tamah, semua orang juga ingin demikian.

Lantas kenapa ada rasa benci, kenapa ada keserakahan, penjajahan, perang, kenapa ada intimidasi, kenapa ada amarah, iri,  dengki, dsb. Apakah itu bukan termasuk sifat manusia juga ? Iya !

Kalau anda ditanya, "Apakah punya sifat benci ? Apakah punya sifat serakah ? Apakah punya sifat iri ?" Tidak usah ragu, jawablah "Ya, saya punya sifat semuanya itu !"

Nah, dalam impelementasinya terkadang tidak sesuai dengan 'tuntunan wahyu Ilahi Robbi'. Misalnya sifat benci, sesuai tuntunannya kita harus membenci penipuan, kebohongan, manipulasi, dll; Serakah, boleh serakah ! Imam Ghazali menyatkan bahwa dia sangat serakah 'melahap' buku-buku ilmu pengetahuan. Lantas Imam juga boros untuk membantu orang-orang miskin, dan dia sangat pelit untuk membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tiada bermanfaat. Kalai iri bagaimana ? Dibolehkan iri kepada dua hal, 1)iri kepada orang kaya yang banyak mendermakan hartanya kepada fakir-miskin dan 2) iri kepada ilmuwan yang menyebarluaskan ilmunya kepada khlayak ramai.

Kiranya dapat kita fahami bahwa terjadinya perang dan permusuhan di belahan bumi tertentu sejak zaman baheula hingga detik ini adalah akibat manusia a) tidak mengiktui suara hati nuraninya b) bertindak tidak sesuai tuntunan wahyu Ilahi Robbi; sementara banyak manusia yang berbuat sesuai hati nuraninya dan bertindak dengan berpedomankan kepada wahyu-Nya, terbukti mereka hidup selamat, aman dan sentausa hingga akhir hayatnya (husnul khotimah).

Demikian sedikit ulasan dari saya. Kalau salah mohon dikoreksi. Kalau benar, silakan diikuti.

Comments

Popular posts from this blog

Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta