Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta


Di usiaku menjelang setengah abad ini, tidak berlebihan rasanya apabila aku menyimpulkan bahwa Allah SWT telah memberi segala apa yang kupinta, malah melebihi.

Sepeda

Sewaktu aku masuk SD, aku jalan kaki sekitar 2 km dari rumah p/p menuju sekolah. Tak peduli hujan-panas, this show must go on. Aku malu minta dibelikan sepeda kepada bunda; karena aku tahu keadaan ekonomi bunda yang harus menghidupi keempat orang anaknya. Namun aku selalu memohon kepada Allah, semoga seuatu saat nanti aku bisa juga bersepeda ke sekolah seperti teman-teman lainnya.

Ketika aku tamat SD tahun 1975 dan melanjutkan ke SMP, tak kuduga bunda membelikan aku sebuah sepeda baru. Walaupun aku harus bergantian memakainya dengan adikku, namun aku merasa itulah pengabulan Allah atas do'a-do'a yang kupanjatkan saban hari kepada-Nya setiap selesai sholat.

Gitar

Sejak kecil aku senang dengan musik. Dimana ada orang hajatan dan ada hiburan musiknya, aku rela berjalan kaki berkilo-kilometer untuk menonton dan memperhatikan permainan musiknya sampai tuntas. Di rumah ada accordion peninggalan inyiak/kakek, akan tetapi sudah rusak, banyak bocor, sehingga bunyinya tidak optimal dan tuts-nya lebih banyak yang tidak berfungsi. Namun aku sering mengutak-atik alat tersebut dengan adikku --Bob Mahatia-- yang sekarang punya 'Bravo Musics'. Di SMP, ada teman yang sering bawa gitar, nah dari teman itulah aku belajar, sampai bisa memainkan tiga kunci (C,F,G). Seperi halnya dengan sepeda, aku tak berani minta dibelikan gitar sama bunda. Sesekali kupinjam dan kubawa gitar teman itu ke rumah dan kumainkan. Rupanya bunda pandai juga main gitar, bahkan lagu-lagu dengan pukulan 3/4 (irama waltz) mampu dibawakan bunda dengan penuh perasaan.

Kejutan terjadi ketika tiba-tiba tanpa pemberitahuan, bunda membelikan aku sebuah gitar [hingga hari ini gitar itu masih tersimpan di rumah kami di kampung]. Alhamdulillah, aku tidak dapat menceritakan bagaimana kegembiraanku saat itu. Setiap hari, sore, malam, bahkan pagi menjelang berangkat sekolah, selalu kupetik gitar akustik itu. Bahkan ketika di SMA aku memberanikan diri ikut menjadi anggota band SMA. Orang-orang pada heran melihat aku tiba-tiba bisa main band. Mereka nggak tahu kalau diam-diam aku telah mempelajari lagu-lagu yang sering dibawakan banda SMA pada waktu itu...

Organ/Keyboard

Ketika aku kuliah di Bogor, aku sering mampir ke rumah tate di Depok. Di sana ada organ Yamaha yang jarang dipakai. "Kabarnya kamu pandai main organ; ayo mainkan, jangan malu-malu. Tante tahu Mama-mu pandai juga main piano", ujar tante. Wah, senang banget aku kalau setiap Sabtu dan Minggu main ke Depok. Aku berdo'a kepada Allah, semoga suatu saat nanti Dia akan memberiku organ, sehingga hobby-ku main musik  benar-benar tersalurkan.
Alhamdulillah, kini aku sudah punya keyboard Yamaha yang bisa dipakai dengan MIDI program, sehingga setiap saat aku bisa nyanyi atau mengedit music file MIDI. Sementara untuk Ahmed dan Chacha yang kebetulan hobby music telah kubelikan pula Yamaha keyboard.

Allah Mengabulkan Permohonanku

"Mohonlah kepada Tuhan, maka Dia akan mengabulkan", demikan guruku mengajarkan dulu. Semula aku agak ragu, apakah mungkin semua permohonan kita akan dikabulkan Tuhan ? Namun karena nenekku bilang, "itu benar", karena dikutip dari al-Qur'an; lalu di mesjid sering kudengar ayat itu dibacakan terutama pada bulan Ramadhan, maka aku semakin yakin, sehingga 'ku buatlah sebuah daftar do'a yang akan selalu kupanjatkan kepada Allah Tuhan Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta :
1. Ya Allah, aku mohon agar bundaku dipanjangkan umurnya; karena kalau tiba-tiba bundaku Engkau panggil, siapa yang akan membesarkan kami [ayahandaku sudah meninggal ketika aku umur 4 tahun - sibungsu masih dalam kandungan].
2. Ya Allah, aku mohon dilancarkan pendidikanku, sehingga aku dapat pekerjaan dan mandiri dari orang tua.
3. Ya Alalh, aku mohon diberi istri dan anak-anak yang sholeh, yang menyenangkan hati.
4. Ya Allah, aku mohon diberi rumah dan kendaraan yang dapat kupakai untuk aktivitas sehari-hari.
5. Ya Allah, aku mohon diperjalankan ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam nantinya.
Permohonan itu kupanjatkan tanpa mengenal lelah sepanjang hari, sepanjang bulan dan sepanjang tahun. Dalam setiap surat-menyurat dengan bunda, aku pun selalu mohon do'a-restu bunda untuk kesuksesan hidupku; karena aku tahu bahwa "Ridho Allah tergantung ridho orang tua". Kalau aku pulang sekali setahun, aku selalu cium tangan bunda dengan penuh haru; lalu kubawa bunda jalan-jalan bersillaturrhami kepada sanak-family...
Walaupun perjalanan hidupku penuh liku-liku  dan 'jatuh-bangun', namun syukur alhamdulillah, ternyata DIA memang tidak tidur dan tidak lalai terhadap hamba-Nya yang bermohon dengan penuh harap.

Saat ini :
1. Bundaku masih sehat-wal-'afiat hingga saat ini. Keempat anaknya sudah 'jadi orang' dan memberikan 13 cucu. Satu sudah jadi Ketua Bawasda (Drs, H. MN Susilo); yang kedua aku; yang ketiga (Bob / Mahatia Firia, SH) di Dinas Pariwisata dan sibungsu Rahmad Syafria,  SE(Papa nanda) kerja di kebun sawit juga, menikah dengan orang Sampit.

2. Setamat SMA tahun 1982 aku menjadi 'mahasiswa undangan' di IPB; dan setamat IPB, walau sempat menganggur sebelas bulan, aku bekerja di perkebunan kelapa sawit hingga saat ini.

3. Tahun 1991 aku dapat jodoh di kebun sawit, dan tahun 1992 dan 1995 lahir anak kami Ahmed dan Chacha yang sekarang sedang kuliah dan SMA kelas 2. Dua-duanya hampir selalu juara kelas, mahir bahsa Arab dan Inggeris dan pintar pula bermain musik (Ahmed gitar dan keybiard; Chacha keyboard).

4. Aku juga sudah dianugerahi rumah di Pontianak dan di Pematangsiantar sana; kalau kendaraan, walaupun mobil dinas, sudah kunikmati sejak tahun 1997, mulai dari jenis Taft, Hardtop, Katana, Strada, sampai Hi-lux. Anak-anakku boleh bersenang hati, karena setiap hari naik sepeda motor ke kampus , lengkap dengan laptop dan HP tentu [udah trend anak sekarang, kata mereka].

5.Di penghujung 2010 aku serasa bermimpi bisa pergi ke baitullah bersama istri tercinta. Dua puluh tahun lalu bagiku pergi ke Makkah hampir-hampir tak mungkin, karena untuk biaya hidup sehari-hari saja, gajiku sebagai asisten lapangan pas-pasan saja. Bahkan sesekali pada ujung bulan, aku tak segan-segan pinjam duit sama Koperasi Karyawan untuk beli beras. Namun atas rahman dan rahim-Nya; rezekiku ditambah-Nya dari tahun ke tahun, jabatanku dinaikkan-Nya dari masa ke masa, sehingga akhirnya do'aku bersambut dan dikabulkan-Nya. Aku yakin bukan do'aku saja, termasuk do'a bunda, istri tercinta dan sepasang anak kami yang yang selalu mendo'akan kami.

Demikian sekelumit episode kehidupanku. Mudah-mudahan ada membawa manfaat sedikit-banyaknya bagi teman-teman. Kalau semboyanku dalam berkarya, sedehana saja : "Jujur, Sopan dan Terampil". Semboyan ini kudapat dari sebuah bengkel di Padang. "Jujur" artinya aku selalu bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tidak mau menipu, tidak mau manipulasi dan tidak mau memakan harta yang bukan hak-ku; "Sopan" artinya aku menghargai teman se-level; aku menghormati atasan dan selanjutnya aku juga memuliakan bawahan, karena tanpa dukungan anak buah, aku tidak berarti apa-apa. "Terampil" artinya aku berusaha bekerja sesuai dengan keahlian yang kumiliki dan aku selalu meningkatkan ilmu pengetahuan, baik mengenai teknis maupun  manajemen perkebunan sawit, baik lewat buku, diskusi, maupun browsing di Internet.

Comments

Popular posts from this blog

Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia

Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit