Menjadi Anggota Legislatif

Apa bedanya kalau saya jadi anggota legislatif/DPR dibanding dengan profesi saya sekarang sebagai karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit ?

Sekilas kelihatannya hampir sama saja. Artinya kalau saya jadi anggota DPR, saya juga bekerja dan mendapat upah/gaji seperti karyawan perkebunan. Hanya saja kalau di DPR gajinya dibayar Pemerintah, sedangkan di swasta, gajinga dibayar pemilik/owner.

Akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Menjadi anggota DPR adalah suatu panggilan nurani. Panggilan bagi orang-orang yang benar-benar berniat dan siap memperjuangkan aspirasi rakyat yang diwakilinya. Sedangkan menjadi karyawan, hanyalah 'menjual keringat' kepada pengusaha, lalu pengusaha membayar keringat saya bulan per bulan, plus fasilitas kerja, THR dan bonus tahunan.

Jadi, menjadi anggota dewan, bukanlah profesi, sebagaimana PNS ataupun karyawan swasta. Kalau saya mau jadi anggota dewan, saya harus punya cadangan uang untuk hidup --minimal-- lima tahun ke depan, saya harus punya rumah dan mobil pribadi yang akan menunjang tugas saya selaku "penyambung lidah rakyat". Dengan demikian saya dengan gagah berani akan dapat menolak segala macam bentuk iming-iming, suap, sogok, komisi, dsb. dsb. Setiap usaha-usaha penyuapan akan saya rekam pakai 'hidden camera', atau CCTV, lalu segera saya laporkan ke KPK ! Kalau ada gaji sebagai anggota dewan, akan saya terima dan saya akan sumbangkan ke partai atau konstituen saya. MERDEKA !

Saya teringat ucapan alm. Bung Hatta : "Janganlah hidup dari partai, tapi hidupilah partai !" Ucapan yang masih sangat relevan hingga detik ini. Kenapa ? Karena banyak orang yang masuk partai tujuannya adalah untuk mendapat jabatan anggota dewan, bupati, gubernur, atau mentri. Atau minimal dapat proyek-proyek Pemerintah; sehingga akhirnya dia lupa memperjuangkan rakyat yang memilih dia. Orang-orang seperti ini sudah salah kaprah dalam memahami hakekat tugas anggota dewan.

Kalau mau kaya, silakan jadi pengusaha, pedagang, kontraktor, atau jadi konglomerat sekalian. Janganlah merangkap-rangkap, ingin jadi anggota dewan, tapi jadi pengusaha juga, jadi broker atau jadi makelar, ujung-ujungnya jadi "mafia" ! Na'udzubillah.

Demikian sedikit bahan renungan dari saya. Kalau salah, mohon dikoreksi, Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia

Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta