Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Percaya, atau tidak, praktek manipulasi --dengan berbagai macam cara-- ternyata tidak hanya terjadi di lingkungan birokrasi; ia bisa 'merambah' ke berbagai bidang usaha, termasuk perkebunan kelapa sawit.

Apa saja yang bisa dimanipulasi ? Banyak sekali. Mulai dari manipulasi kehadiran karyawan (manipulasi HK), manipulasi hasil kerja, manipulasi harga material, sampai manipulasi laporan ke konsultan atau ke bank.

Tulisan ini tidak bermaksud "mengajarkan" cara manipulasi, akan tetapi dengan memahami 'modus operandi' para manipulator, kita dapat mengambil langkah-langkah antisipatif.

Manipulasi HK dilakukan dengan cara menambahkan nama karyawan fiktif di buku absensi; atau menulis 'hadir' pada nama karyawan yang sebenarnya yang bersangkutan tidak hadir pada hari itu. Nanti sewaktu gajian, 'HK titipan' akan dikutip lagi kepada karyawan yang 'dititipi' (tentu saja sang karyawan dapat sedikit 'fee'.

Kalau penambahan nama fiktif kayaknya sudah jarang, karena cara ini gampang terlacak oleh atasan.

Manipulasi hasil kerja biasanya dilakukan pada kerja dengan sistem kontrak/borongan. Misalnya luasan satu blok adalah 30 ha; sedangkan pekerjaan hanya selesai 25 ha, akan tetapi laporannya dibuat 30 ha (gampang 'kan ?) Ada juga manipulasi HM (hour meter) terhadap alat berat yang dikontrak (misalnya buldoser, excavator, dll). Misalnya dalam sebulan alat tersebut bekerja 250 HM; akan tetapi dilaporkan 300 HM. Semuanya tentu tidak terlepas dari 'kerja sama' antara orang dalam perkebunan dengan pihak luar/kontraktor.

Manipulasi harga barang/material, atau disebut juga manipulasi kuitansi, atau mark up harga, dilakukan dengan mencantumkan harga melebihi harga yang sebenarnya. Misalnya beli minyak seharga Rp 6.500,- per liter, akan tetapi di kuitansi dicantumkan Rp 7.000,- per liter.

Ada lagi manipulasi lain, yaitu manipulasi laporan ke bank (biasanya via konsultan). Misalnya luasan tertanam adalah 1.000 ha; akan tetapi dengan dilaporkan 2.000 ha. Alasannya perusahaan perlu dana untuk mempercepat penanaman (lho apa pengusaha nggak punya modal ?).

Siapa saja yang melakukan manipulasi ? Bisa jadi semua level, mulai dari mandor, kerani, mandor I, asisten lapangan, asisten kepala, manager, dst. dst.

Yang lebih parah lagi adalah adanya sistem 'setoran', atau 'upeti' dari bawahan ke atasan. Kalau hal ini terjadi, maka akan sulitlah mengatasinya, karena sudah merupakan 'manipulasi berjamaah'.

Apa akibat manipulasi ? Yang jelas perusahaan akan merugi, bahkan lama kelamaan bisa bangkrut atau gulung tikar; selain itu mutu kerja tidak akan sesuai spesifikasi, yang ujung-ujungnya juga merugikan perusahaan.

Demikian sedikit ulasan. Bagi yang kurang berkenan, silakan memberikan tanggapan.

Salam
WY

Comments

Popular posts from this blog

Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia

Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta