JEMBATAN TIMBANG

Pada tahun 70-an, ketika masih di SD, saya sering menyaksikan bagaimana sebuah truk yang melewati jembatan timbang, kemudian disuruh mendur oleh petugas, lalu diperintahkan untuk membongkar sebagian muatannya; setelah itu ditimbang kembali. Apabila sang petugas timbangan memastikan bahwa muatan truk tidak melebihi batas maksimum yang diizinkan, barulah truk boleh melanjutkan perjalanan.

Pemandangan demikian sudah mulai langka sejak 10 tahun terakhir. Bahkan banyak jembatan timbang hanya 'dilewati' saja oleh mobil, artinya tidak ada penimbangan. Supir hanya menyerahkan sejumlah uang kepada petugas.....Akibatnya ? Jelas sekali, karena truk dengan muatan yang melebihi kapasitas jalan diperbolehkan lewat, maka hari ini kita saksikan banyak ruas jalan yang rusak sebelum waktunya; tidak sedikit jembatan yang ambruk dengan tiba-tiba.

Memang di zaman Sudomo, jembatan timbang banyak yang ditutup karena merupakan sumber Pungli (Pungutan Liar); namun pada prinsipnya, jembatan timbang sangat diperlukan selain untuk keselamatan supir (dan barang bawaannya), juga untuk kontrol muatan maksimum yang berkaitan dengan keawetan jalan. Untuk itu perlu disiasati bagaimana agar jembatan timbang yang ada dapat difungsikan sesuai ketentuan.

Sebenarnya nggak susah; apalagi sekarang adalah zamannya IT. Dengan program komputer yang sederhana, sebuah jembatan timbang bisa diprogram sehingga 'locking' secara otomatis apabila muatan mobil yang ditimbang melebihi kapasitas optimum. Nah apabila jembatan timbang telah 'terkunci' secara otomatis, maka jembatan tidak dapat difungsikan sampai kendaraan yang 'terperangkap' itu mundur/ke luar dari jembatan timbang.

Posisi jembatan timbang pun sebaiknga nggak usah terlalu jauh dari jalan; bahkan kalau bisa jembatan timbang dibuat seperti jembatan toll, artinya posisinya di ruas jalan yang biasa dilewati truk-truk besar itu ! Dengan demikian apabila muatan mereka berlebih, mesin mati mendadak, dan pintu timbangan mengunci dengan sendirinya. Nah, sudah pasti mobil di belakang akan ribut meng-klakson. Nah; diharapkan mereka yang membawa muatan berlebihan punya rasa 'malu', pada periode datang tidak akan lagi membawa muatan berlebih, karena takut 'sangkut' di jembatan timbang dan menghadadapi 'perang klakson' dari mobil dibelakangnya. Lagian bagi yang 'overload' harus ditindak (dibuatkan 'Bukti Pelanggaran').

Kapan perlu dipasang pula CCTV di sekitar timbangan, sehingga gerak-gerik orang di sekitar timbangan dapat akses dari mana-mana....

Masalahnya mau atau tidak sang Penguasa di negara ini mempebaiki infrastrukur, serta mental birokratis ? Dengan demingan, dll.

Comments

Popular posts from this blog

Sifat-sifat Tuhan ada pada semua manusia

Praktek Manipulasi di Perkebunan Kelapa Sawit

Tuhan telah memberikan lebih daripada yang kupinta